Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah Zamzam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar semua penyakit."
Lalu apa rahasia dibalik air Zam zam yang banyak memiliki khasiat dan penuh barakah ini? Berikut adalah ulasannya.
Makna dan Arti Zamzam
Kata Zamzam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah. Adapun air Zamzam yang dimaksud oleh syari’at, yaitu air yang berasal dari sumur Zamzam. Letaknya dengan Ka’bah, berjarak sekitar 38 hasta.
Dinamakan dengan Zamzam, sesuai dengan artinya, karena memang air dari sumur tersebut sangat banyak dan melimpah. Tidak akan habis walau sudah diambil dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin yang berziarah di tanah suci.
Kata Zamzam, bisa juga diambil dari perbuatan Hajar. Ketika air Zamzam terpancar, ia segera mengumpulkan dan membendungnya. Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia berkata kepada Hajar.
Disebutkan juga, bahwa nama Zamzam adalah ‘alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zamzam tersebut, karena zamzamatul ma` adalah, suara air itu sendiri. (Syarh Nawawi ala Muslim, 8/194)
Nama lain Zam zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain ia disebut barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim (obat penyakit), tha’amu tu’im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik), thayyibah (yang baik) (Ibnul Atsir, 2/779; al Mutli` ‘ala Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba’li)
Sejarah Air Zamzam
Dalam kitab Shahih-nya Imam bukhari pernah menyebut suatu riwayat dari Abdullah bin ‘Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sebuah tempat dekat Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zamzam.
Saat itu, tidak ada seorang pun di Mekkah, kecuali hanya mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, beliau pun beranjak pergi. Namun istrinya Hajar mengikutinya seraya mengatakan, "Wahai suamiku Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang lainnya?"
Pertanyaan itu selalu diulangi, namun Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya, "Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?"
“Ya,” jawab Nabi Ibrahim.
“Jika memang begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami,” tukas Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.
Kemudian Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37)
Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air dalam kantong itupun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan rasa cemas, karena terus menangis saking kehausan di tanah gersang.
Dia pun berniat untuk mencari sumber air, Lalu dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada manusia lain disana. Namun, ternyata tidak ada manusia sama sekali.
Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana? Namun, ternyata tidak ada juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.
Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Diam!” Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”
Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air.
Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya.”
Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung -burung yang berputar-putar. Mereka berkata,”Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air,” lalu mereka mengirim utusan, dan ternyata benar mereka mendapatkan air.
Utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail, bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan kabilah Jurhum inipun setuju. (Al Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 2/244-245)
Penemuan Kembali Air Zamzam
Ketika Kakek Nabi, Abdul Muthalib sedang tidur di Hijir Ismail, dia mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.
“Galilah thayyibah (yang baik)!”
“Yang baik yang mana?” tanyanya.
Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang baik)?”
Dia bertanya, “Benda yang baik yang mana?” Lalu dia pergi.
Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali madhmunah (sesuatu yang berharga).
Dia bertanya,” Benda yang baik yang mana?”
Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya : “Galilah Zam-Zam!”
Dia bertanya,”Apa itu Zam-Zam?”
Dia mendapat jawaban : “Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara kotoran binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam, berada di sarang semut”.
Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut, sampai akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.
Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,”Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?
Dia menjawab,”Aku diperintahkan menggali Zamzam,” sampai akhirnya ia beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah. (Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 2/244-245)
Keutamaan dan Manfaat Air Zam zam
Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui, bahwa air Zamzam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan air Zam zam dapat disebutkan sebagai berikut.
عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ
“Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air Zamzam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air zam zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.” (HR. Addaru Quthni)
وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ
“Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zamzam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. (HR. Tabrani)
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسِجِلٍّ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشَرِبَ مِنْهُ وَتَوَضَّأَ
“Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zamzam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” (HR. Ahmad)
كَانَ يَحْمِلُ مَاءَ زَمْزَمَ فِيْ الأَدَاوِيْ وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلىَ الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ
“Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zamzam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله – صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ
“Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zamzam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (HR, Bukhori)
Abu Dzar al Ghifari berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zamzam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.” (Shahih Muslim, 4/1919)
كُنْتُ أُجَالِسُ ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَأَخَذَتْنِيْ الحْمُىَ فَقَالَ أَبْرِدْهَا عَنْكَ بِمَاءِ زَمْزَمَ فإَِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحُمَى مِنْ فيَحْ ِجَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ أَوْ قاَلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ
“Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zamzam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zamzam” (HR. Bukhori)
Ibnul Qayyim berkata berkata, "Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zamzam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar banyak mengambil manfaat darinya." (Zaadul Maad, 4/162)
Demikian penjelasan singkat tentang air Zamzam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita dan membenarkan khasiat dan keutamaan air yang tak pernah kering tersebut, meskipun setiap hari diambil oleh banyak manusia. Dengan mengetahui secara sepintas air Zamzam ini, maka hendaknya dapat meningkatkan dan memperkuat sandaran dan ketergantungan kita kepada Allah. Dia-lah yang Maha Penguasa mengatur segala yang Ia kehendaki.
Wallahu a’lam.
Keajaiban Air Zamzam
Jika masih ada yang ragu atau menganggap air zamzam ini sama dengan air biasa lainnya, maka silahkan Anda praktekkan sendiri dengan bermodal air zamzam asli, air biasa dan betadine. Mari kita lihat caranya dalam video berikut ini,
Terlihat dalam video diatas, 2 gelas diisi dengan air yang berbeda, satu gelas diisi dengan air biasa, sedangkan satunya lagi dengan air zamzam.
Keduanya sama-sama diberi 3 tetes cairan betadine, Dan subhanallah, Air zamzam sama sekali tidak berpengaruh ketika ditetesi. Bahkan ketika air zamzam dicampur dengan air biasa maka kandungan PH yang ada dalam air biasa tersebut akan menjadi rendah sehingga warnanya akan kembali bening seperti semula.
Untuk membedakan Air Zamzam asli dengan palsu bisa ditempuh dengan cara seperti video diatas. Wallahu A'lam
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments