Jelang "Aksi Bela Islam" jilid 2 tanggal 4 November mendatang, berbagai postingan berbau SARA beredar luas di media sosial.
Salah satu yang viral adalah foto sekelompok orang berkaos gambar salib sedang latihan di lapangan, lalu diberi keterangan oleh pemosting dengan kalimat berikut:
Laskar Kristus ?
Apakah dalam rangka melindungi Ahok?
Latihannya sangat Militeristik.
Bagaimana Ummat Islam, Siapkah Anda Syahid?
Bersiaplah.....Bersiaplah....
NKRI Harga Mati
Penjarakan Ahok Penista Ayat Suci Al-Qur'an
( **FB Adi Spriadi)
Namun tidak ada bukti jelas apakah fakta yang ada di foto memang seperti yang ditulis pemosting. Atau hanya dikait-kaitkan dengan isu Ahok yang sedang panas, sehingga menjadi viral.
Sehari sebelumnya juga beredar rekaman suara perempuan yang mengaku melihat sekumpulan laki-laki berbadan kekar dari etnis China (Tionghoa) dan beragama Kristen dari komunitas Christian Men’s Network Indonesia (CMNI).
Dan ia menyimpulkan mereka sebagai orang-orang terlatih militer yang mungkin akan membela Ahok dan mengancam umat Islam.
Namun kesaksian ini juga dianggap berlebihan dan tidak jelas, dimana kalimatnya menggiring opini ke arah kasus Ahok, padahal tidak ada bukti rasional adanya keterkaitan.
"Aksi Bela Islam" untuk tuntutan hukum, bukan perang agama
Seperti diketahui, tujuan berbagai ormas Islam menggelar unjuk rasa besar pada tanggal 4 November adalah untuk menuntut lembaga negara (polisi dan presiden), agar menegakkan hukum terhadap Ahok atas kasus penistaan agama Islam.
Sedangkan risiko atau kemungkinan pecahnya kerusuhan pada 4 November, menjadi tema perang urat syaraf sebelum aksi itu berlangsung.
Di pihak penentang (pendukung Ahok), aksi digambarkan bisa membahayakan keamanan, akan diikuti kelompok "garis keras" (anti Pancasila), ada FPI (perusuh) dan kampanye hitam lainnya untuk memunculkan pandangan negatif dari pengguna medsos.
Tujuannya adalah agar meningkatkan simpati kepada Ahok sebagai "korban" tuntutan FPI, maupun menumbuhkan sentimen buruk khalayak terhadap aksi umat Islam nanti, sebagaimana isu "taman rusak" yang diblow up media pasca aksi jilid I, 14 Oktober lalu.
Di lain sisi, bagi sebagian pendukung aksi, "ancaman kerusuhan" menjadi tekanan urat syaraf pada polisi agar memihak umat Islam dan segera bersikap tegas terhadap Ahok. Meski bisa jadi aksi akan digelar secara damai seperti sebelumnya.
Sehingga, jika semua proses hukum dilalui, tak perlu lagi dilakukan aksi besar atau tekanan massa lainnya pada 4 November. Dan kalau perlu, aksi berganti tema jadi pujian untuk polisi yang menangkap Ahok.
Umat Islam jangan mau dibenturkan dengan aparat
Informasi-informasi lemah menjurus hoax yang viral di media sosial, memprovokasi dengan skenario cerita sama.
Yaitu adanya sekelompok "militan Kristen dan China yang membela Ahok", mereka mungkin disiapkan menghadapi aksi umat Islam pada 4 November.
Padahal logikanya sederhana, jikapun kelompok militan itu eksis, tidak mungkin akan head to head menghadapi penentang Ahok. Sebabnya, keberadaan mereka adalah ilegal dan provokator nyata.
Polisi tetaplah garis terdepan yang akan melakukan tugas pengamanan. Misalnya terjadi konspirasi jahat, yang akan berbenturan dengan massa adalah polisi atau aparat lainnya, bukan sekelompok milisi SARA tertentu.
Sebaliknya, jika kabar milisi "Kristen dan China bela Ahok" hanya karangan alias hoax, maka sudah selayaknya seera ditinggalkan, dan segera fokus pada tuntutan kasus Ahok.
Karena aksi umat Islam bukan untuk SARA dan politik, bukan pula anti Kristen atau China, namun murni tuntutan untuk mengirim Ahok ke penjara, sesuai hukum yang ia langgar dalam ucapannya.
(risalah.tv)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments