Beberapa waktu lalu, digelar kegiatan Dauroh Al-Qur’an Bersanad Angkatan Pertama di kompleks Yayasan Pondok Pesantren Al-Ihsan, Jl Pangeran Hidayatullah, Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Instruktur sekaligus pemateri dalam kegiatan ini adalah Rifa’i Al-Haq bin Abbas, salah seorang mahasiswa Jurusan Tafsir dan Ilmu Al-Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Rifa’i telah mengantongi beberapa sanad. Di antaranya, Sanad Matan Jazariyah ke-12, Sanad Matan Tuhfatul Athfal ke-12, Sanad Tahsin Al-Qur’an Riwayat Syu’bah dan Hafs ‘An ‘Ashim, serta Mutakhossis Ilmu Tajwid dan Qiro’at bersama Masyayikh Mesir.
Ratusan jamaah dan warga memadati kegiatan penutupan dauroh oleh Drs H Ambotang, Kepala Kantor Kementerian Agama Berau. Ini sekaligus Wisuda Akbar Angkatan Pertama. Hadir beberapa tamu undangan di antaranya Ketua BKPRMI Berau.
Di awal acara penutupan, dilakukan pembacaan kalam Ilahi dengan 3 macam qiro’at yang oleh 3 orang peserta, yaitu Yusuf, Aziz, dan Faris. Masing-masing dengan qiro’at berbeda, yakni Warosy An-Nafi’, As-Suusi ‘An Amr, dan Kholaf ‘An Hamzah.
Masjid Tanpa Imam
Dalam sambutannya, Ambotang mengaku sedikit terheran-heran atas pembacaan ayat suci al-Qur’an dengan 3 qiro’at tersebut.
“Usia saya sudah 54 tahun. Tapi saya baru mendengarkan bacaan al-Qur’an yang seperti itu. Sungguh ini ilmu baru buat saya di umur saya yang segini,” katanya.
Ambotang menambahkan, pada salah satu daerah di Berau, ada masjid yang tidak ada imamnya karena semua jamaahnya merasa bacaan al-Qur’annya masih kurang. Semua malu untuk jadi imam. Akhirnya mereka shalat sendiri-sendiri di sudut-sudut masjid.
“Jadi saya bersyukur pada hari ini, kepada yang telah melaksanakan kegiatan ilmu-ilmu al-Qur’an ini,” katanya.
Rifa’i Al-Haq dalam sambutannya mengatakan, dauroh ini telah berlangsung selama 10 hari, diikuti sekitar 100 peserta. Dalam perjalanannya, ada peserta yang berguguran. Adapun yang bertahan sebanyak 60-an peserta.
“Dari 60-an peserta ikhwan dan akhwat, terseleksi hanya 13 orang saja yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan sanad; (yaitu) 6 peserta ikhwan dan 7 peserta akhwat,” terangnya.
Salah seorang peserta dauroh, Arif, mengatakan, “Senang mengikuti dauroh ini, yah alhamdulillah, saya mulai mudeng betul ternyata seperti ini loh hukum tajwid itu. Karena saya nggak pernah belajar-belajar begini dulu.”
Dauroh “Spesial Ramadhan” yang berlangsung pada 23 Juni – 03 Juli 2016 ini diakhiri dengan pemberian Ijazah Sanad Matan Tuhfatul Athfal oleh Rifa’i Al-Haq.
Kegiatan ini dimotori oleh Dewan Pengurus Daerah Hidayatullah Berau bekerja sama dengan Pesantren Al-Ihsan. Didukung oleh BMH, Syabab, dan Mushida setempat.* Kiriman Fikri Haikal Ibrahim
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Para Jamaah Merasa Bacaan Al-Qur’annya Masih Kurang, Masjid Ini Shalat Tanpa Imam
Share this:
Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.
No comments