Jelang aksi super damai yang berbentuk doa, dzikir dan shalat Jumat berjamaah di Monumen Nasional tanggal 2 Desember 2016 mendatang umat Islam di seluruh Indonesia sedang mempersiapkan infak terbaiknya demi kesuksesan acara tersebut. Bahu membahu dan saling bantu, bagaikan anggota tubuh yang saling merasakan jika ada yang sakit dan menderita, kisah-kisah mengharukan yang akan mengkulminasi pada Jumat yang insya Allah penuh berkah pekan ini berserakan di sepanjang rute yang dilalui para mujahid.
Adalah sosok ustad karismatik, Bachtiar Nasir yang menjadi ujung tombak dari perjuangan umat Islam dalam upaya menegakkan keadilan, hukum dan mempertahankan kesatuan bangsa Indonesia. Beliau berdualah yang sejak awal istiqomah mengawal kasus hukum atas ucapan seseorang yang telah melukai jutaan umat Islam Indonesia yang masih memiliki setitik iman di dadanya. Pada artikel kali ini kita akan mengenal lebih jauh sosok Bachtiar Nasir yang penuh inspirasi, khusus untuk Sobat Ngelmu yang mengaku keren.
Lahir di Jakarta tanggal 26 Juni 1967, beliau merupakan dai, pengajar dan penulis yang produktif. Pendidikan agama Islamnya beliau tempuh di Ponpes Modern Gontor Ponorogo dan Ponpes Daarul Huffazh, Bone, Sulawesi Selatan. Beliau juga menyelesaikan pendidikan di Madinah Islamic University di Arab Saudi.
Bachtiar Nasir merupakan salah satu dai yang kiprahnya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam berdakwah patut diacungi jempol. Perjuangannya terhadap Islam sudah tak diragukan lagi. Perhatian beliau juga tidak terbatas pada isu-isu keumatan lokal dalam negeri saja. Ustad adalah salah satu tokoh yang terkenal vokal mengenai isu-isu Palestina dan selalu menjadi salah satu yang terdepan membela rakyat Palestina. Dalam satu kesempatan Ustadz Bachtiar Nasir melelang syal kehormatannya untuk Palestina senilai Rp 100 juta di acara Palestina Solidarity Day (PSD) 2015 yang digelar di Istora Senayan.
Bachtiar Nasir terkenal sebagai salah satu dai yang vokal menyuarakan pendapatnya mengenai kondisi politik di negara kita. Kondisi ini tentunya membuat beliau bukan hanya memperoleh pendukung tetapi juga haters. Meskipun tampaknya beliau tidak pernah ambil pusing dengan pro kontra yang dibuat-buat menanggapi kata-kata dan pendapat-pendapatnya.
Salah satu “insiden” yang membuat beliau banyak di-bully di media sosial adalah ketika Ustad Bachtiar yang saat itu masih menjabat sebagai Sekretaris Jendral Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Nassir mewanti-wanti umat Islam Indonesia mengenai sepak terjang Jokowi yang saat itu masih berstatus calon presiden. Beliau berpendapat bahwa Jokowi selalu mewariskan pemimpin kafir dan selangkah lagi dapat membuat Indonesia Kafir.
Mencuit di twitternya, pada tanggal 15 Maret 2014 UBN menulis, “Jokowi emang hebat, di Solo mewariskan pemimpin KAFIR, di Jakarta juga mewariskan pemimpin KAFIR. Selangkah lagi akan KAFIR kan Indonesia.”
Cuitan di akun pribadinya @Bachtiar Nasir tersebut seperti yang pasti terjadi, mendapatkan tanggapan yang beragam dari netizen. Ada yang setuju, ada pula yang menanggapi dengan penuh emosi. Apapun tanggapan terhadap komentar tersebut adalah hak masing-masing netizen. Yang jelas UBN tidak surut dalam menyuarakan pendapatnya terkait isu-isu keumatan.
Menjelang pilkada serentak pada tahun 2017 mendatang Ustad Bachtiar kembali menasihatkan kepada umat Islam Indonesia mengenai panduan agama tentang memilih calon pemimpin. Dengan tegas dalam video UBN memberi nasihat untuk berhati-hati dalam memilih calon pemimpin daerah.
Ust. Bachtiar Nasir menjelaskan bahwa memilih pemimpin muslim adalah bagian dari Aqidah. Bagi Muslim yang memilih pemimpin kafir, maka ia bagian darinya, bisa masuk neraka bahkan kekal didalamnya. Pimpinan AQL (Ar-Rahman Qur’anic Learning) Islamic Center ini membawakan dalil dari Al Quran surat Al Maidah ayat 51 yang kini masyhur tersebut. Khutbah ini sendiri dilakukan jauh sebelum menyeruaknya kasus Al Maidah 51.
Dengan kata-kata yang kenes UBN menegaskan, “Oke mungkin gak banjir, tapi lo kebanjiran kemaksiatan, miras investasi haram, yang itu tidak mendatangkan keberkahan. Hanya seorang pemimpin muslim yang beradab, dengan segala kelemahannya bisa membawa kamu ke surga. Kalau pemimpin kafir tidak mungkin mengajak kamu ke surga. Itu intinya. Untuk itu bangun, sadar. Ah, daripada muslim tapi korupsi. Hay! Lebih gampang nyembuhin penyakit korupsi daripada penyakit musyrik.”
Nasihat tersebut benar-benar mengena untuk orang-orang yang memang cinta kepada kebenaran dan mau menerima kebenaran. Apalagi pada dasarnya pilihan antara pemimpin Muslim korupsi dengan pemimpin kafir bersih itu adalah sebuah propaganda tanpa dasar. Kenyataannya masih banyak pemimpin Muslim yang jujur, bersih dan berprestasi. Dan kenyataan pula para koruptor kelas kakap pencoleng dana BLBI dan lain-lain semacam Edi Tansil dan konco-konconya jelas-jelas bukan pengikut Rasulullah SAW. Apalagi pemimpin non-Muslim yang digadang-gadang saat ini juga banyak tersangkut kasus hukum berbau korupsi, meskipun entah bagaimana selalu bisa lolos.
Sebagai seorang akademisi, Ustad Bachtiar juga aktif menelurkan karya tulisan yang telah dibukukan. Buku-buku beliau di antaranya berjudul: Tadabbur Al-Qur'an, Anda Bertanya Kami Menjawab dan Panduan Hidup Bersama Al-Qur’an.
Ustad Bachtiar Bicara Aksi 212
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments