KITA mengetahui bahwa Allah itu tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Allah tidaklah sama dengan makhluk, yang secara kodratnya berkembang biak, bisa menghasilkan keturunan. Sedang, Allah itu hanya satu, tidak memiliki pasangan, apalagi anak. Allah yang satu, mampu menciptakan dunia dan seisinya tanpa bantuan makhluk.
Tetapi, terkadang banyak berkembang di masyarakat kita, yang memiliki pola pikir bertentangan. Kita tahu dalam Al-Quran, bahkan Rasulullah ﷺ, salah satu utusan Allah telah memberi tahu bahwa Allah itu tunggal. Hanya saja, tidak sedikit orang yang memiliki pemahaman berbeda mengatakan hal sebaliknya. Seperti pemahaman kaum Yahudi. Mereka menganggap bahwa Uzair adalah anak Allah.
Ya, nama Uzair Allah sebutkan dalam Al-Quran ketika Allah menceritakan klaim orang Yahudi yang menyatakan bahwa Uzair anak Allah – maha suci Allah dari perkataan mereka –.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu putera Allah,’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al Masih itu putera Allah.’ Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu,” (QS. At-Taubah: 30).
Bagaimana ceritanya, sehingga mereka menyebut Uzair sebagai anak Allah?
Ada banyak versi tentang ini. Yang intinya, Yahudi menyebut Uzair anak Allah, karena Uzair adalah satu-satunya orang yang hafal taurat di kalangan Bani Israil.
Kita simak penjelasan dari Ibnu Katsir. Beliau membawakan keterangan as-Sudi bahwa ketika suku Amalliq – kaum kafir yang dulu menguasai Palestina – berhasil mengalahkan Bani Israil, banyak ulama yang dibantai dan pemuka-pemukanya ditawan. Sementara Uzair selamat. Dia hanya bisa menangisi nasib kaumnya. Menangisi para ulama yang meninggal, sehingga tidak ada yang mengajari Taurat. Beliau rajin menangis, sampai kedua kelopak matanya sakit. Hingga suatu ketika, beliau melewati sebuah kuburan. Dan beliau melihat ada wanita yang menangis di dekat kuburan, sambil mengatakan, “Siapa yang akan memberi makan aku? Siapa yang akan memberiku pakaian?”
Melihat itu, spontan Uzair mengingatkan, “Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?” “Allah,” jawab si wanita. “Kalau begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati,” kata Uzair.
“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum Bani Israil?” tanya si wanita. “Allah,” jawab Uzair. “Lalu mengapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanya si wanita.
Tersadarlah Uzair, bahwa dirinya sedang diingatkan.
Kemudian beliau dinasihatkan, “Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan ketemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”
Pergilah Uzair, mengikuti saran ini. Di sana, beliau bertemu orang tua. “Buka mulutmu.” Uzair membuka mulutnya. Kemudian beliau disuapi benda seperti bara api besar, sebanyak 3 kali. Seketika itu, Uzair langsung paham isi taurat. Dan beliau menjadi orang yang paling paham isi Taurat.
Kembalilah menemui Bani Israil di kampung lainnya.
“Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.”
“Hai Uzair, kamu tidak bohong?”
Kemudian Uzair mengambil pensil, dan beliau tulis semua isi Taurat dengan tangannya.
Ketika beberapa ulama dibebaskan oleh Amaliq, Bani Israil-pun menyampaikan perihal Uzair kepada mereka (ulama). Akhirnya mereka mengeluarkan naskah Taurat yang mereka sembunyikan di puncak gunung, dan dicocokkan dengan tulisannya Uzair. Ternyata isinya sama.
Akhirnya, sebagian di antara mereka meyakini, Uzair adalah anak Allah. – Maha Suci Allah dari anggapan mereka – (Tafsir Ibnu Katsir, 4/134). Wallahu ‘alam.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments