SEBAGAI manusia kita membutuhkan asupan energi yang dapat menyemimbangkan kondisi tubuh. Kita tidak bisa hidup jika tidak makan dan minum. Sebab, kita adalah makhluk hidup, tentunya akan hidup jika diberi nutrisi. Tetapi, kita tak khawatir, karena kini sumber makanan sangat berlimpah. Berbagai macam jenisnya pun ada hanya untuk kita.
Tibalah di akhir zaman, sang lelaki bermata satu akan tiba di dunia ini. Dialah Dajjal, orang yang akan menggoncangkan keimanan seseorang. Maka, jika tidak ada iman yang kuat dan kokoh, cukup sulit bagi kita untuk terhindar dari rayuan Dajjal. Sebab, ia memiliki cara yang ampuh untuk membuat manusia melihat bahwa apa yang benar itu menjadi salah, dan yang salah menjadi benar.
Bukan hanya itu, kedatangan Dajjal dapat membuat umat Islam kelaparan. Pasalnya, salah satu tanda kedatangan Dajjal ialah akan tibanya musim paceklik selama tiga tahun. Hal itu menandakan bahwa kita tidak akan merasakan rezeki yang berlimpah seperti saat ini. Melainkan, keadaan kekeringan, kelaparan itulah yang akan kita rasakan.
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku,” (“Kisah Dajjal”- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92).
Jika demikian, kita makan apa?
Ada sebuah buku dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menulis sebagai berikut: Dalam Hadist Riwayat Ahmad , “Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang bisa dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi “Allah mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit (Malaikat),” (HR. Ahmad No. 26298).
Kita tahu bahwa malaikat itu tidak memiliki nafsu. Otomatis, nafsu untuk makan dan minum pun tidak ada. Dan benar bahwa mereka itu tidak makan atau pun minum. Apakah itu berarti kita pun tidak akan makan dan minum? Lantas apa yang kita makan?
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi, “Akan tetapi mereka membaca tasbih dan mensucikan Allah, dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, tasbih dan taqdis,” (HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir).
Ya, hanya tasbih dan taqdislah yang menjadi penguat kaum muslimin. Kita tidak akan merasakan bencana ini sebagai suatu masalah yang besar. Kita akan selalu yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik. Maka, tidak akan ada kekhawatiran dalam hati kita atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Wallahu ‘alam.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments