Ketika seorang pendeta membolehkan jamaah gerejanya memakan daging babi, maka tak boleh umat agama lainnya merasa tak sependapat dengan perkataan pendeta tersebut..Tak perduli walau bagi umat Islam, babi itu adalah binatang yang jorok, umat Islam tak punya hak menafsirkan soal halal-haram daging babi tersebut di hadapan umat Kristen..
Ketika, Prof JE Sahetapy mengatakan dalam satu khutbahnya sembari mengutip ayat Injil, bahwa seluruh jamaah gereja harus mendukung Ahok sampai menjadi presiden RI nanti, siapakah yang protes dan menuduh khutbah Pak Sahetapy itu penuh provokasi memecah belah dan dimotivasi oleh ambisi politik yang kotor?..Tak ada yang protes, karena itu hak Prof JE Sahetapy dan jamaah gerejanya..Mereka berhak yakin atas ajaran agamanya..Umat lain tak punya hak untuk menafsirkannya dengan pemahaman yang berbeda..
Pada sebuah Perda Pilkada di Papua dikatakan bahwa yang bisa menjadi gubernur di daerah itu adalah orang Papua asli, tak bisa orang lain, siapakah yang keberatan?..Tak ada yang keberatan, karena dianggap itu sebagai salah bentuk kearifan lokal di bidang politik..Begitu juga misalnya warga
Kabupaten Tapanuli Utara pasti akan memilih pemimpinnya pada setiap Pilkada bukan hanya harus beragama Nasrani tapi juga harus dari suku Batak, tak ada satu pihak pun yang merasa keberatan..Saya berani bertaruh bahkan jika Provinsi Tapanuli terbentuk, lalu Ahok ikut pilkada disana, peluang menangnya sangat tipis sekali..Walau pun menurut survei LSI, warga Batak Kristen DKI lebih dari 95 persen mendukung penuh militan Ahok menjadi gubernur DKI..
Lalu mengapa ketika ulama bahkan politisi muslim mengajarkan soal Surat Al Maidah ayat 51 dituduh sebagai pemecah belah dan memiliki ambisi politik yang kotor..Siapapun yang menyitir ayat itu dianggap tak mampu bersaing secara fair di pilkada.. Dan yang paling fatal Ahok bersama sebagian pendukungnya yang non muslim bebas menafsirkan ayat suci Alquran tersebut seenaknya sendiri.. Sungguh, kalian sudah kelewat batas..
Konyolnya lagi, tuduhan Ahok soal ambisi politik yang kotor itu, dia sampaikan saat sosialisasi terkait program perikanan di Kep Seribu.. Pidato yang tak ada hubungannya sama sekali dengan tema kegiatan yang sedang berlangsung.. Bukankah sitiran dan tafsiran sesuka hati Al Maidah ayat 51 yang Ahok sampaikan itu juga demi memuluskan ambisi politiknya?
Pledoi (nota keberatan) yang Ahok bacakan sembari menangis sesunggukan itu semakin memperlihatkan dengan terang benderang, bahwa Ia sudah melewati pagar kehidupan beragama umat Islam..Ahok sudah terang benderang menista Islam dan umatnya di negeri ini.. Maka, kami ber-hak menuntut keadilan atasnya..
TANGKAP AHOK !!!
Oleh: Sugiat Santoso
(Ketua KNPI SUMUT)
Lalu mengapa ketika ulama bahkan politisi muslim mengajarkan soal Surat Al Maidah ayat 51 dituduh sebagai pemecah belah dan memiliki ambisi politik yang kotor..Siapapun yang menyitir ayat itu dianggap tak mampu bersaing secara fair di pilkada.. Dan yang paling fatal Ahok bersama sebagian pendukungnya yang non muslim bebas menafsirkan ayat suci Alquran tersebut seenaknya sendiri.. Sungguh, kalian sudah kelewat batas..
Konyolnya lagi, tuduhan Ahok soal ambisi politik yang kotor itu, dia sampaikan saat sosialisasi terkait program perikanan di Kep Seribu.. Pidato yang tak ada hubungannya sama sekali dengan tema kegiatan yang sedang berlangsung.. Bukankah sitiran dan tafsiran sesuka hati Al Maidah ayat 51 yang Ahok sampaikan itu juga demi memuluskan ambisi politiknya?
Pledoi (nota keberatan) yang Ahok bacakan sembari menangis sesunggukan itu semakin memperlihatkan dengan terang benderang, bahwa Ia sudah melewati pagar kehidupan beragama umat Islam..Ahok sudah terang benderang menista Islam dan umatnya di negeri ini.. Maka, kami ber-hak menuntut keadilan atasnya..
TANGKAP AHOK !!!
Oleh: Sugiat Santoso
(Ketua KNPI SUMUT)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
No comments